Jumat, 18 Juli 2008

Menggugat Kenaikan Gaji Anggota DPR

Surat Pembaca
Betapa miris hati ini membaca artikel di Suara Merdeka 6 Juli 2005 mengenai "Kenaikan gaji DPR tidak bisa mendadak". Sementara di kolom sebelahnya terpampang wajah Fajri (2 bulan), salah satu penderita gizi buruk di Puskesmas Narmada, Mataram Lombok, NTB yang digendong Putri Indonesia Artika Sari Devi.

Satu hal yang langsung melintas dalam pemikiran saya adalah betapa egoisnya para anggota yang duduk di lembaga legislatif, yang disebut DPR. Apakah mereka tidak dapat turut merasakan kepedihan hati dan kesulitan yang dialami oleh rakyat.

Masyarakat baik yang di sektor formal maupun nonformal, kini harus bekerja keras lagi untuk mencukupi tuntutan kebutuhan hidupnya. Padahal sering hasilnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, apalagi tersier. "Gaji bisa untuk makan 1 bulan saja sudah bagus", merupakan idiom yang banyak kita dengar.

Idiom itu menyimbolkan kepasrahan rakyat terhadap akibat yang dimunculkan dari kondisi terpuruknya kondisi saat ini. Naik gaji, siapa sih yang tidak mau? Setiap orang pasti menginginkan. Namun yang menjadi pertanyaan apakah tersedia anggaran.

Wahai anggota Dewan yang terhormat, sebelum engkau meneriakkan kenaikan gaji, dengarkan dulu rintihan dan jeritan rakyat yang engkau wakili. Begitu banyak anak di sekelilingmu yang menderita gizi buruk, lumpuh layuh, kelaparan akibat orang tuanya tidak bisa membeli beras.

Petani gagal panen, peternak rugi akibat hasil ternaknya tidak laku dijual dan masih banyak lagi kejadian memprihatinkan yang dialami oleh masyarakat marjinal. Buka mata, buka telinga dan buka hati untuk rakyat. Kembangkan simpati dan empati untuk bangsamu.

Kami, rakyat yang engkau wakili senantiasa berdoa agar engkau dapat mengucap syukur kepada Tuhan di tengah bagusnya tingkat ekonomi dan jabatanmu saat ini, mengingat masih banyak rakyatmu yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Mari rakyat Indonesia bersama berjuang mempertahankan hidup di masa sukar ini dengan mengembangkan gaya hidup bersahaja. Hidup dalam kesederhanaan dengan mengembangkan kasih dan persaudaraan untuk sesama.

Mariana Susanti SSos
Pondok Majapahit II Blok L-2, Demak

***

Figur Pemimpin Daerah

Cukup kita acungi jempol kiprah/peran pemimpin daerah Jepara ini. Dia menghabiskan dana/uang miliaran rupiah, namun jelas dan nyata dianggarkan untuk pembangunan. Uang itu bukan ditilep/dikorup buat pribadinya. Itulah Bupati Jepara Bpk H Hendro Martojo MM.

Saya selaku pengamat sosial merasakan maraknya pembangunan. Banyak usulan saya demi apiknya Jepara, diterima dengan baik. Karenanya saya berharap beliau tak kena virus korupsi yang kini mewabah. Virus korupsi sudah tak tanggung-tanggung dan sangat memalukan.

Ada bupati yang tega menilep berton-ton jatah beras buat rakyatnya yang kekurangan pangan. Beras dijual lewat belakang dan uangnya buat dirinya sendiri. Ada pula pejabat dari Depag yang menangani agama tak mau ketinggalan ikut berlaga korupsi, tanpa malu atas jabatan yang disandangnya juga main korupsi.

Di Jepara lain. Bukti nyata di lingkup Kalinyamat sebagai kecamatan baru, saat ini mulai ditata dan telah berhasil baik. Malah kini dibangun pelebaran kiri/kanan jalan serta diaspal sehingga nantinya bisa tampak asri dan indah demi memperlancar kendaraan. Semoga pembangunan Pemkab Jepara ini tak mengalami hambatan demi kepentingan bersama.

Amar Makruf
Purwogondo, Kalinyamat, Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar