Jumat, 18 Juli 2008

Salak Senapan di Paya Bakong

----- Original Message -----
From: yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, July 25, 2006 3:38 AM
Subject: [pantau-komunitas] Salak Senapan di Paya Bakong Salak Senapan di Paya Bakong
Oleh SAMIAJI BINTANG*), 3.511 kata. Insiden berdarah pecah di kompleks militer di Paya
Bakong, Aceh Utara. Seorang mantan gerilyawan GAM
ditembak di hadapan utusan Aceh Monitoring Mission. ³MUHAMMAD Umar bin Ismail.² Dia menyebut namanya.
Suara pelan. Sudut bibir kanan bengkak. Seputar rongga matanya hitam. Urat-urat mata merah.
Jahitan sepanjang dua sentimeter di pelipis kanan. Usia Umar 23 tahun. Dia asal Serba Jaman Teunong,
salah satu desa di kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara.
Anak keempat dari lima bersaudara. Dulu dia aktif dalam Tentra Neugra Acheh atau biasa
disebut TNA. Setelah Gerakan Acheh Merdeka atau GAM
damai dengan pemerintah Indonesia, Umar membantu
orangtuanya berkebun coklat dan pinang. Sudah enam hari dia terbaring di bangsal rumah sakit
Palang Merah Indonesia, Lhokseumawe. Di punggungnya
terlihat garis-garis luka cukup dalam. Sehelai tikar
digelar di muka kasurnya. Di situ duduk seorang
perempuan tua berkerudung. ³Siapa yang bayar biaya perawatan?² tanya saya kepada
Umar. ³Bayar sendiri.² ³Apa tidak dapat bantuan? Sudah habis berapa?² Umar menggeleng seraya menoleh kepada ibunya,
Rukaiyah. ³Sudah lebih dari seratus ribu,² jawab Rukaiyah. Di sebelah Umar terbaring Rasyidin bin Ismail. Meski
nama keluarga mereka sama-sama Ismail, tapi kedua
pemuda ini tak punya hubungan famili. Namun, saat ini
mereka punya beberapa kesamaan: usia 23 tahun, mantan
TNA, dan celaka di hari yang sama. Peluru menembus paha kiri Rasyidin dan nyaris
meremukkan tulangnya. Paha kanan pemuda ini juga kena
sambar peluru, tapi tak sampai tembus. Timah panas
hampir membuatnya pincang seumur hidup. SENIN, 3 Juli 2006. Langit senja menyelimuti desa
Keude Paya Bakong. Umar mengendarai sepeda motor
Yamaha RX King warna hitam. Motor itu dia pinjam dari
seorang kawan yang biasa dipanggil Kombet. Umar hendak
pergi ke Pante Bahagia, kampung yang bersebelahan
dengan Keude Paya Bakong. Kedua desa ini terletak di
kecamatan Paya Bakong. Kribo, kawan Umar, mengikuti dari belakang. Dia juga
mengendarai sepeda motor. Untuk sampai ke desa tujuan, cuma ada satu jalan. Dia
atau warga lain harus melewati pos Tentara Nasional
Indonesia (TNI) milik Kompi E Batalyon 111. Aspal jalan sudah mengelupas. Lubang-lubang
bertebaran. Jalan tak rata. Siapa pun yang menyambangi
Paya Bakong dari jalan utama menuju Blang Pante,
seluruh badannya pasti bergoyang. Umar mengurangi lagi laju sepeda motornya. Sebuah
papan peringatan bercat kuning terpancang di kanan
jalan. Isinya meminta tiap pengendara yang lewat untuk
berhati-hati, karena mereka tengah memasuki kawasan
militer. Pos jaga terletak di kanan kiri. Penjaga pos
bersenjata laras panjang. Sebelum Umar melewati dua Opolisi tidur¹, penjaga pos
yang berada di depan sana melambai padanya. Prajurit
itu berdiri tak jauh dari pos jaga di kanan jalan. Dia
meminta Umar berhenti. Seorang prajurit lain sekonyong-konyong menghampiri
Umar. Telunjuk kirinya langsung menuding wajah Umar. ³Bunuh saja dia!² Umar mengelak, menangkis tangan si prajurit. Buk! Tiba-tiba kepala Umar dipukul seseorang dari belakang.
Melihat Umar dipukul, Kribo segera putar haluan.
Tancap gas. Dia tak akan mampu menolong temannya itu. Sejumlah tentara yang tengah main bola di lapangan
yang tak jauh dari pos jaga tiba-tiba berhenti main.
Mereka ramai-ramai menghampiri Umar. ³Mereka ikutan keroyok saya,² kisah Umar kepada saya.
Umar berusaha melindungi kepalanya dengan kedua
tangan. Tapi seseorang memukulnya dengan kayu. Umar
tak kuasa melawan serangan bertubi-tubi. Dia pun roboh
ke tanah. ³Saya diinjak-injak. Dilempari batu.² Setelah itu dia diseret ke pos jaga. Tangannya diikat
dengan tali yang biasa untuk mengikat lembu, lalu
dibaringkan di kolong bangku. Masih tak puas juga,
seorang prajurit menghantam kepala Umar dengan topi
baja. Tiba-tiba ada yang berkata, ³Teman kau datang.² Setelah itu Umar tak ingat apa-apa lagi. MENJELANG adzan magrib, Saefudin mendapat kabar Umar
dipukul tentara di Paya Bakong. Saat itu, mantan TNA
ini tengah berada di Simpang Rangkaya bersama
teman-temannya. Jarak Simpang Rangkaya ke Paya Bakong
tak sampai lima kilometer. Bersama sekitar 15 teman, menggunakan sepeda motor dan
mobil, Saefudin segera menuju Kompi E. Mereka ingin
menuntut pembebasan Umar. ³Belum sampai lokasi, mereka (tentara) sudah siap
membidikkan senjata ke arah kami,² ungkap lelaki yang
kerap dipanggil Rambo itu. Rambo pun mengubah strategi. ³Kami menunggu AMM (Aceh Monitoring Mission) tiba.² Setengah jam kemudian iring-iringan mobil Komando
Distrik Militer 0103 Aceh Utara, Kepolisian Resor
Lhokseumawe, AMM, dan Komite Peralihan Aceh (KPA)
terlihat menuju lokasi. Mobil Ford Everest AMM berisi Jorma Gardemaster, Taban
Tukul, dan seorang pengemudi. Mereka dikawal polisi.
Rombongan KPA yang terdiri dari Tengku Zulkarnaini,
Rasyidin, dan lima anggota KPA menggunakan Kijang
Innova. Mobil mereka berada paling buntut. Rambo dan teman-teman segera mengikuti iring-iringan
tersebut masuk ke kompleks militer. Syamsu Rizal, salah seorang warga dan montir motor di
desa itu, juga mendengar kabar penahanan Umar. Dia tak
mau ketinggalan. Dia berniat membantu membebaskan Umar
bersama warga. Kabar penahanan Umar diketahui pula oleh Nariman, yang
kedai kopinya cuma 100 meter dari Kompi E. Namun, dia
tak berani meninggalkan kedainya. ³Saya jaga kedai,² katanya. Syamsu tak sendirian. Sunardi yang kebetulan tengah
minum kopi di kedai Nariman ingin ikut serta. Dia
warga desa Tanjung Bereunyong. Meski sebelah kakinya
pincang, bukan hambatan untuk menolong orang. Iring-iringan mobil kini tiba di Kompi E. ³Waktu mobil berhenti, di situ sudah ramai orang,²
kenang Rasyidin, yang ikut mobil KPA. ³Kereta (sepeda motor) saya ada di depan mobil AMM.
Saya lirik kiri-kanan, mereka (tentara) sudah
siap-siap nembak,² sahut Rambo. Tiba-tiba Rasyidin mendengar tembakan datang dari arah
kiri. Kebetulan dia duduk dekat pintu kiri, di jok
tengah. Merasa bahaya mendekat, pintu mobil segera dia
buka. Rasyidin langsung keluar dan tiarap. ³Dari arah depan juga ada suara tembakan,² katanya. ³Saya sempat koprol-koprol sampai dengkul saya lecet.
Pinggang saya juga kena serpihan peluru,² ujar Rambo. Akhirnya Rambo berlindung di belakang mobil AMM. Mobil
milik kepolisian ada di belakangnya. Dalam sekejap,
peluru menghantam mobil AMM dan polisi. Rambo kemudian
melihat seorang temannya kena tembak. ³Teman saya itu sudah goyang. Saya lompat ke arahnya.
Saya melihat pintu mobil AMM terbuka, mungkin sudah
dibuka orang dari luar. Secepat mungkin saya lemparkan
kawan saya yang kena itu dalam mobil. Langsung saya
tindihkan dia,² kisah Rambo Korban yang tertembak itu bernama Muslem bin Abdul
Samad. Dia mantan anggota TNA. Rasyidin yang tengah tiarap mendengar suara seseorang
memberi komando tiga kali. ³Jangan tembak! Jangan tembak! Jangan tembak!² Rasyidin pun bangkit. Tapi dia melihat tentara. ³Mau kemana kau?!² Seseorang di belakang Rasyidin
tiba-tiba menegur. ³Dia pakai seragam loreng. Saya tidak menjawab. Lalu
dia tembak saya.² Peluru menembus belakang paha kirinya. Secepat kilat
Rasyidin melompat masuk ke dalam Kijang Innova yang
pintunya masih terbuka. Melihat situasi yang memburuk, Syamsu Rizal
membatalkan niat untuk terlibat dalam pembebasan Umar. ³Saya langsung lari, mundur begitu mendengar ada
tembakan,² ungkap Syamsu. ³Saya langsung tiarap,² kata Sunardi. Dia tak sanggup
lari. Beberapa saat kemudian letusan senjata mereda. Rambo dan sejumlah warga segera menggotong tubuh
Muslem bin Abdul Samad dari mobil AMM. Darah mengalir
dari dada dan pinggangnya. Jenazah Muslem dibawa
keluar kompleks, menuju kedai kopi milik Nariman. ³Saya bantu angkat, tapi sudah tidak bernyawa. Jenazah
Muslem diletakkan di meja. Darahnya banyak kali,² kata
Nariman. Jenazah Muslem sempat dipindahkan ke meunasah sebelum
dibawa ke rumah orangtuanya di desa Blang Salep. Selain Muslem dan Rasyidin, peluru juga melukai
Brigadir Dua Muhammad Satria, petugas kepolisian yang
mengawal mobil AMM. Dia kena tembak di punggung. Namun, Satria menyatakan tak tahu siapa yang
menembaknya pada Rakyat Aceh sehari setelah kejadian
tersebut, ³Saya langsung keluar dari mobil dengan
merayap.² Dia dirawat di rumah sakit Kesehatan Resor
Militer 011/Lilawangsa, Lhokseumawe. ³SEBELUM kejadian itu, orang yang mau lewat disetop
dulu di pos jaga. Kalau malam, muka disenter lampu.² Tak jauh dari pos jaga dipasang dua Opolisi tidur¹. ³Tinggi. Kalau motor mau lewat, roda belakang belum
turun roda depan sudah naik lagi.² Syamsu Rizal pernah punya pengalaman tak enak. ³Saya sering bawa kereta (motor) lewat situ. Kereta
yang saya bawa memang agak reman sikitlah. Namanya
juga motor bengkel. Tapi selalu dipanggil penjaga.
Alasannya kereta kita kencang kali,² tuturnya. Ridwan, agen pedagang durian di desa Blang Pante,
mengaku bukan sekali dua duriannya diambil prajurit
yang jaga pos. ³Adalah barang satu-dua durian yang diambil.² Tapi
Ridwan tak bisa protes. ³(Tentara) Bilangnya, Oini jalan kami¹,² imbuh Syamsu. Pos itu belum lama dibangun. Usianya belum genap tiga
bulan. Menurut Sunardi, kehadiran kompleks militer di situ
justru mencemaskan warga. Dia tak percaya kalau
penempatan aparat militer bertujuan memberi keamanan
bagi warga. ³Itu untuk cari alasan saja. Aman dari siapa?²
sergahnya. ³Faktor utama insiden itu karena TNI tak
bermasyarakat. Mereka selalu mengandalkan kekuatan dan
kekuasaan. Kalau mereka mau bermasyarakat, tak mungkin
ada insiden kemarin,² katanya, lagi. Sebelum peristiwa itu, warga sudah sempat memprotes
kehadiran kembali tentara di lingkungan mereka. Dekat
simpang tiga menuju Pante Bahagia, terlihat sisa-sisa
pos jaga yang dirusak massa. Jarak pos itu tak lebih
25 meter dari kompleks Kompi E. Reruntuhan tembok penuh coretan: ³Anjing loreng, Yang
membuat maksiat di aceh adalah TNI, TNI-RI adalah PKI,
Pai Paleh.² Di sudut lain tertulis: ³Wahai Masyarakat
Aceh yang Penting Kita Kompak.² Paya Bakong memang basis GAM. ³Dulu sering terjadi
perang antara kami dan TNI di situ. Perang terbuka, di
sawah-sawah. Tempat sembunyi cuma parit-parit,² kata
Irwandi Yusuf, wakil GAM di AMM. Dulu Irwandi penasihat militer GAM. Dia pernah
mendekam di penjara Keudah, Banda Aceh dan bebas
mendadak gara-gara tsunami menerjang bumi Serambi
Mekah. Setelah GAM dan pemerintah Indonesia berdamai,
dia dapat amnesti. Penjelasan Irwandi didukung Muhammad Yusuf. Jabatan
terakhir Yusuf di TNA adalah Komandan Operasi Daerah
III Wilayah Pase. Lelaki bermisai lebat dan bertubuh
tinggi besar ini pernah memimpin perang gerilya di
Paya Bakong hingga ke Nisam. Yusuf membawahi empat panglima sagoe. Sagoe Cut
Meutia, Jeram Manyang, Murtada, dan Paya Peu. Sagoe
setingkat kecamatan. Kini dia sudah tak lagi angkat senjata. Sembari turun
ke sawah seluas hampir 2.000 meter persegi miliknya di
desa Alue Gampong, Tanah Luas, Yusuf membantu KPA di
wilayah Pase. Jarak kampung Yusuf sekitar tujuh
kilometer dari Paya Bakong. ³Dulu kami perang dengan tentara RI di situ. Mereka
bawa truk reo, panser, dan tank.² Tak sedikit anak buah Yusuf yang wafat dan
meninggalkan anak-istri. ³Mereka sekarang jadi tanggung jawab saya,² tuturnya. Yusuf pernah menghilang selama delapan tahun dari
kampungnya. Dia bergerilya di hutan. Dia pernah
menemani William Nessen selama lima bulan. Nessen wartawan Amerika yang meliput perang di
hutan-hutan Aceh, lalu dia mengemasnya jadi sebuah
film dokumenter. The Black Road: On the Front Line of
Aceh¹s War. Ada kritikus film yang menyebut kualitas
karya Nessen kurang baik. Gambar buram. Adegan-adegan
tak sejalan dengan judul. Maklumlah, sebagian besar
rekaman kameranya diambil militer. Jadi dia bekerja
berdasarkan apa yang tersisa. Nessen sempat
dideportasi dan dilarang masuk Indonesia. Dia juga
disangka simpatisan GAM. Namun, ketika damai sudah
terjadi di Aceh, nama Nessen ternyata masih tetap
dalam daftar cekal. Yusuf memanggil Nessen, Billie. Panggilan akrab. Namun, mantan panglima ini berharap tak akan ada
perang lagi. ³Kasihan masyarakat yang selalu jadi korban.² Para keuchik atau kepala desa pun sering jadi sasaran. Danasri, keuchik Alue Gampong, misalnya. Bolak-balik
dia dan keluarganya didatangi tentara. Mereka
menanyakan keberadaan Yusuf. ³Waktu itu saya bilang, dia (Yusuf) memang GAM. Tapi
saya tidak tahu di mana dia,² ujarnya. ³Tank, panser, dan truk reo sering berkeliling di
kampung. Dan tak ada yang berani keluar rumah,²
sambung Danasri. Fatimah Zahra baru saja menyelesaikan salat magrib
ketika mendengar suara tembakan pada tanggal 3 Juli
itu. Ingatannya langsung ke masa konflik. Dia mengucap
istighfar. Tak berani keluar rumah. Rumah Fatimah
hanya 200 meter dari Kompi E. ³Kami ingin damai,² kata Fatimah. Perempuan berusia 18 tahun ini trauma. Ketika Darurat
Militer diberlakukan di Aceh, nyaris tiap hari terjadi
kontak senjata di kampungnya. Nariman pun berharap sama. Bunyi tembakan membuat
Nariman gusar bukan kepalang. ³Jadi ingat masa lalu,²
kata ayah empat anak ini. Rumah Nariman pernah dibakar tentara. Kedai kopinya
ditembaki. ³Barang-barang dagangan diambil,² katanya. Tentara juga memasukkan granat ke mulut istri Nariman
yang tengah hamil. Meski tak diledakkan, tapi tak
urung membuat Nariman merasa nyawa keluarganya di
ujung tanduk. Gara-gara perang, Abdul Hamid, warga lain yang saya
jumpai, terpaksa merantau ke Bekasi dan Jakarta selama
enam tahun. Dia bikin usaha percetakan dan sablon.
Hasilnya lumayan. Tapi begitu mendengar kabar Aceh sudah damai, dia
kembali ke Alue Gampong. Sudah lima bulan Hamid
menetap di kampung. ³Waktu mendengar tembakan (di Paya Bakong) kemarin,
seperti akan ada perang lagi. Sudah dua kali ada
perjanjian damai, tapi dua-duanya gagal. Kalau
(kesepakatan Helsinki) ini gagal lagi, masyarakat tak
akan percaya lagi dengan yang namanya perdamaian,²
kata Hamid. MILITER Indonesia punya versi sendiri soal insiden di
Kompi E. Kepada media massa, Komandan Distrik Militer
0103 Aceh Utara Letnan Kolonel Infanteri Belyuni
Herliyansyah menyebut Umar sebagai biang keladi. Menurut dia, seperti diwartakan harian pagi Raja Post,
aparat TNI menghentikan iring-iringan dua motor yang
dikendarai Umar dan dua rekannya. Saat itu, Umar dan
rekan-rekannya dinilai mengendarai motor dengan
kecepatan tinggi di depan pos jaga. Namun saat
ditanyai aparat, mereka justru menjawab dengan
kata-kata tak sopan. Bahkan rekan-rekan Umar yang berada di motor turun dan
memukul anggota TNI. Di situlah, menurut Belyuni,
aparat TNI segera mengambil tindakan dan mengamankan
Umar dan kawan-kawan. ³Anak buah saya membela diri,² katanya. Menurut Belyuni, tembakan berasal dari lapangan sepak
bola. Aparat segera menyebar, karena kemudian banyak
anggota GAM yang datang ke Kompi E. ³Jadi begitu (aparat TNI) mendengar suara tembakan
langsung menembak ke udara.² Brigadir Jenderal Anton Bachrul Alam memberi
penjelasan yang agak berbeda dengan Belyuni. Anton
adalah Wakil Kepala Divisi Humas Kepolisian Republik
Indonesia di Jakarta. Pada harian Rakyat Aceh, dia
mengatakan bahwa tembakan berasal dari kerumunan
massa. ³Karena terpicu, lalu tembakan dibalas, dan
mengakibatkan tertembaknya dua korban dan anggota
polisi itu (Satria).² Kaliber peluru yang digunakan 5,56 milimeter dan 3,8
milimeter. Ini diungkap sendiri oleh Panglima Daerah
Militer (Pangdam) Iskandar Muda Mayor Jenderal
Supiadin Adi Saputra pada harian Serambi Indonesia
tanggal 9 Juli lalu. Namun, Supiadin menyatakan bahwa
peluru-peluru jenis itu bukan standar polisi apalagi
TNI. M16 yang banyak digunakan angkatan perang di negara
Barat dan Asia memiliki kaliber peluru 5,56 milimeter.
Selain senjata laras panjang buatan Amerika ini,
Senjata Serbu atau SS-1 buatan Pindad, Indonesia, dan
Minimi, senapan Belgia, juga memiliki peluru
berkaliber sama. Senjata buatan Soviet yang mudah
didapat di pasar gelap alias AK47 memiliki kaliber
peluru 7,62 milimeter. Peluru 3,8 milimeter digunakan
untuk senjata genggam. Peluru ini adalah standar
Pindad untuk antara lain pistol jenis MU-6 TJ. Angkatan bersenjata Indonesia menggunakan M16, Minimi,
dan SS-1 dengan kaliber peluru 5,56 milimeter. Agak
aneh bila Supiadin mengatakan jenis peluru tersebut
bukan standar militer Indonesia. Selain itu, Supiadin menyarankan jenazah Muslem
diotopsi untuk memastikan kaliber peluru yang
bersarang di tubuhnya. Dari situ akan dapat ditelusuri
jenis senjata yang digunakan penembak. ³Kalau semua terbuka, akan memudahkan tim membuka
tabir insiden yang tidak diinginkan itu,² ujar
Supiadin. Orangtua almarhum Muslem, Abdul Samad, sebagaimana
dikutip koran Acehkita, menolak otopsi yang diminta
tim Kodam. Dia tak percaya otopsi bakal memperjelas
kematian putranya. ³Karena sudah kita lihat bukti seperti kasus Trisakti
Jakarta, dan banyak kasus lainnya di Indonesia ini,
semuanya nggak jelas. Yang merana tetap kami orang
lemah.² Bagaimana penjelasan pihak AMM yang hadir dalam
insiden tersebut? Lewat juru bicara AMM Faye Belnis, saya meminta
bantuan agar bisa mewawancarai Jorma Gardemaster.
Namun Faye mengatakan tidak bisa. Alasannya? Sekarang
penyelidikan tengah dilakukan pemerintah Indonesia.
Peran AMM saat ini, menurut Faye, akan terus memonitor
jalannya investigasi dari dekat. ³Untuk saat ini belum ada komentar lebih jauh yang
bisa diberikan namun kami akan tetap menginformasikan
kepada pihak-pihak termasuk media jikalau titik terang
dari kasus ini sudah ditemukan,² katanya, lewat sebuah
surat elektronik. Sementara itu, dalam keterangan resminya, Ketua AMM
Pieter Feith menyatakan agar kasus penembakan di Paya
Bakong diselidiki lebih lanjut. Alasannya, untuk
mengklarifikasi fakta-fakta. ²Bahwa tindakan indisipliner akan diambil, jika
diperlukan, terhadap para pelaku berdasarkan sebuah
laporan pihak berwenang yang akan diberikan oleh
pemerintah Indonesia.² Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda Mayor Corps
Ajudan Jenderal Dudi Dzulfadli mengungkapkan bahwa
hingga Sabtu, 15 Juli 2006, penyelidikan yang
dilakukan Pusat Kepolisian Militer dan tim forensik
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia belum
selesai. ³Kami masih menunggu kerelaan pihak keluarga agar mau
(memberi izin) diotopsi,² tutur Dudi pada saya. PAYA BAKONG terbilang kecamatan baru di kabupaten Aceh
Utara. Umurnya belum genap enam tahun. Kecamatan ini
hasil pemekaran dari kecamatan Matang Kuli yang
meliputi sekitar 40 desa, seperti Keude Paya Bakong,
Tanjung Bereunyong, Ceumpeudak, Pante Bahagia, dan
Blang Pante. Desa-desa itu mengelilingi kompleks
militer Kompi E Paya Bakong. Mata pencarian warga rata-rata bertani. Selain
menanam padi, mereka juga berkebun pinang, coklat, dan
durian. Tapi anak muda yang menganggur tak sedikit. Konflik
menyulitkan orang berusaha. Kebun dan sawah tak bisa
digarap dengan tenang, karena adu senjata antar GAM
dan tentara Indonesia bisa terjadi sewaktu-waktu. Di
masa damai, jumlah pengangguran justru bertambah.
Sebagian besar korban konflik dan mantan TNA di sana
belum dapat pekerjaan. Dana reintegrasi dari
pemerintah Indonesia pun belum mereka terima. Sebagian besar rumah warga berdinding papan. Atap dari
daun rumbia kering atau seng. Beberapa rumah malah
tinggal puing akibat dibakar di masa konflik. Jalan utama rusak dan berlubang. Melalui jalan
tersebut, warga membawa dan menjual hasil kebun mereka
ke Pasar Geudong atau Lhoksukon. Jarak pasar-pasar itu
dari Paya Bakong lebih dari 25 kilometer. Alat
transportasi andalan adalah RBT alias ojek motor.
Labi-labi atau angkutan kota sama sekali tak sampai ke
sini. Gelap menyelimuti kampung-kampung saat malam tiba.
Lampu listrik hanya menyinari beberapa rumah warga.
Jarak antar rumah berjauhan. Rimbun pepohonan, sawah,
maupun semak menyela di antara rumah-rumah tadi. Pemandangan berubah total ketika Anda memasuki kawasan
kilang gas ExxonMobil Indonesia. Lampu
terang-benderang. Jalan yang mengitari tiap cluster
milik perusahaan ini pun mulus. Landasan pesawat
terbang di kompleks tersebut tentu tanpa lubang.
Panjang landasan cukup untuk didarati pesawat jenis
Fokker atau perintis, apalagi helikopter. Warga
sekitar menyebut kompleks Exxon sebagai Oprovit¹,
kependekan dari Oproyek vital¹. Kantor pusat ExxonMobil berada di Texas, Amerika
Serikat. Perusahaan ini adalah gabungan dua perusahaan
raksasa penambangan gas alam, Exxon dan Mobil Oil.
Exxon akan berada di Aceh sampai tahun 2018 dan
setelah itu hengkang. Mereka tak akan memperpanjang
kontrak, karena cadangan gas dianggap sudah tak
menguntungkan lagi. Tinggal di sekitar kawasan provit ternyata tak membuat
warga ikut kecipratan profit alias untung. Bukan cuma
tak boleh menyentuh pagarnya, tapi warga juga jadi
target kekerasan. Pada akhir Juni 2001, kantor berita internasional
macam British Broadcasting Corporation (BBC) dan
Agence France Press (AFP), menyiarkan keterlibatan
ExxonMobil dalam peristiwa pembantaian penduduk di
Aceh. Selain membayar tentara Indonesia untuk menjaga kilang
mereka, ExxonMobil telah membantu menyediakan
peralatan untuk membuat kuburan massal dan pusat
interogasi serta penyiksaan. Fakta ini berdasarkan penyelidikan International Labor
Rights Fund (ILRF), sebuah organisasi yang bermarkas
di ibukota Amerika Serikat, Washington DC. ILRF
memberi bantuan advokasi terhadap buruh. Melalui Terry Collingsworth, direktur eksekutifnya,
ILRF menggugat Exxon. ILRF mengatasnamakan 11 warga
Aceh yang bersaksi bahwa Exxon terlibat pembunuhan,
penyiksaan, dan perkosaan terhadap penduduk setempat
di masa konflik. Exxon menampik semua tuduhan. Mereka berdalih bahwa
keselamatan ribuan staf dan subkontraktornya jauh
lebih utama. Lima tahun setelah gugatan terhadap Exxon dilancarkan
ILRF, pada awal Maret lalu, Ketua Majelis Hakim
Wilayah Amerika Serikat Louis Oberdorfer mengeluarkan
putusan penting. Hakim mengizinkan penduduk setempat
menggugat perusahaan raksasa itu! Exxon tentu menampik putusan Hakim Oberdorfer. ³ExxonMobil mengajukan banding atas putusan hakim,²
kata Susan Reeves, juru bicara perusahaan. Tak lama setelah putusan Oberdorfer, di Aceh, tentara
Indonesia kembali mendirikan pos militernya di
kecamatan Paya Bakong. KOMPI E tergabung dalam Batalyon Infanteri 111 Karma
Bhakti. Di batalyon itu terdapat empat kompi lain yang
tersebar dari Aceh Tamiang hingga Aceh Utara. Seperti dilansir situs berita Acehkita.net, Pangdam
Iskandar Muda Mayor Jenderal Supiadin Adi Saputra
menyatakan bahwa tujuan pembangunan perumahan dan
fasilitas militer di Paya Bakong termasuk bagian
program pembangunan TNI Angkatan Darat. Supiadin meninjau pembangunan perumahan Kompi E pada
Maret lalu. Menurut dia, pembangunan itu bukan program
baru. Perencanaannya sejak 2005 dan bakal dirampungkan
tahun ini. Di Aceh, Kodam Iskandar Muda memiliki enam batalyon
infanteri (Yonif). Selain Yonif 111 Karma Bhakti, ada
Yonif 112 Dharma Jaya di Banda Aceh, Yonif 113 Jaya
Sakti di Bireuen, Yonif 114 Satria Musara di Bener
Meriah, Yonif 115 Macan Leuser di Aceh Selatan, dan
Yonif 116 Garuda Samudra di Meulaboh. Selain Kompi E, TNI Angkatan Darat juga membangun
perumahan bagi 15 kompi yang tersebar di Aceh. Tapi
Supiadin menolak anggapan bahwa pembangunan tersebut
dikaitkan dengan upaya penambahan pasukan. ³Jangan disalahartikan, pembangunan ini hanya
bertujuan memberikan fasilitas yang memadai bagi
prajurit, bukan malah menambah pasukan,² katanya. Menurut Dudi, selain kelima kompi itu, Batalyon 111
Karma Bhakti juga memiliki satu kompi bantuan. Jumlah
prajurit pada masing-masing kompi di tiap batalyon
sekitar 145 orang. ³Saat ini di Paya Bakong tengah dibangun perumahan
bagi komandan kompi dan komandan peleton,² katanya. Lahan yang digunakan milik Kodam Iskandar Muda. Selain
perumahan, di situ juga akan dilengkapi sarana standar
untuk kompleks militer, seperti barak, lapangan
olahraga, dan tempat latihan menembak. ³(Sarana) Khusus untuk pembinaan satuan,² kata Dudi. ³Apa alasan pemilihan lokasi penempatan pasukan di
sana?² tanya saya. ³Berdasarkan perkiraan ancaman dan gangguan. Karena di
situ Okan jauh sekali.² ³Untuk melindungi proyek vital milik ExxonMobil?² ³Soal pengamanan obyek vital, semua sudah diserahkan
kepada kepolisian. Kita membantu polisi. Keberadaan
kita di sana sesuai dengan konsep pertahanan semesta.
Ketika ada pos tentara di situ, tidak terlepas dari
strategi pertahanan negara. Kita tidak
sekonyong-konyong menciptakan pos di situ.² Menurut Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang TNI,
sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang
bersifat semesta. Sistem ini melibatkan seluruh warga
negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya,
serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah,
berkesinambungan, dan berkelanjutan untuk menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan melindungi
keselamatan segenap bangsa dari setiap ancaman. ³Apa karena di sana juga basis GAM?² tanya saya. ³Bukan, bukan karena ada GAM. Sekarang sudah damai,²
tukas Dudi. Lantas ancaman dari pihak mana yang membuat pertahanan
semesta ini diterapkan di Aceh?
*) Samiaji Bintang adalah kontributor sindikasi Pantau
di Aceh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar