Rabu, 16 Juli 2008

Dituduh Selingkuh Polisi Tembak Istri

SURABAYA- Citra Kepolisian kembali tercoreng akibat ulah anggotanya. Briptu Deni Bagus Hariyono, anggota Satuan Narkoba Polresta Surabaya Utara, tega menembak istrinya sendiri, Vita Puspita.

Korban mengalami perdarahan hebat dan segera dilarikan ke RS Dr Soetomo Surabaya. Kejadian ini berlangsung di rumah kontrakan pasangan ini di Jalan Setera Kawasan Tambaksari Surabaya, Senin (30/4) malam. Penyebabnya diduga persoalan rumah tangga.

Peristiwa polisi main tembak sembarangan bukan kali pertama di Jatim tahun ini. Sebelumnya, Briptu Ipang Suparmono, anggota Polwiltabes Surabaya, menembak sendiri kepalanya. Korban tewas. Lalu Briptu Rifai, anggota Polres Bangkalan Madura, nekat menembak istri, mertua, teman dekat istrinya, dan satu korban lainnya. Setelah itu Briptu Rifai bunuh diri dengan menembak sendiri kepalanya. Kasus ini mencuat karena pelaku menuding istrinya berselingkuh yang juga jadi korban tewas dalam aksi koboi tersebut.

Dituduh Selingkuh

Bagaimana kejadian penembakan Briptu Deni Bagus kepada istrinya? Deni nekat menembak istrinya akibat dituduh berselingkuh. Kejadian Senin malam itu berlangsung cepat dan tak disangka-sangka korban maupun warga sekitar.

Vita yang ditembak hidungnya mengalami pendarahan hebat sehingga dirawat intensif di RS Dr Soetomo. Kejadian ini bermula dari kecurigaan Vita yang melihat SMS dengan nomor yang tak dikenalnya di Hp suaminya. Saat Vita menelepon ternyata nomor itu tidak aktif. Vita mulai curiga.

Briptu Deni dan Vita bertengkar akibat adanya SMS mencurigakan tersebut. Vita kesal dan menduga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Mungkin karena didesak terus oleh istrinya untuk mengakui apa yang dilakukannya, Briptu Deni jengkel dan marah. Ia kehilangan kesabarannya dan bertindak kalap dengan menembak istri yang telah memberinya seorang anak tersebut.

"Saya sejak tadi malam menunggui istrinya di rumah sakit, makanya tanya saja kepada petugas berwenang di Polresta Surabaya Utara," kata Kasat Narkoba Polresta Surabaya Utara, AKP I Made Wasa kepada wartawan.

I Made Wasa menyatakan kaget dan tak menyangka anak buahnya bertindak senekat itu. Sebab, sepengetahuannya Briptu Deni dikenal sebagai anggota yang santun dan kalem. Tugasnya sehari-hari juga baik dan tidak bermasalah.

Kasuistis

Setelah kejadian, Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar menyatakan tak akan menarik senjata api dari anggotanya. Sebab, kejadian tersebut bersifat kasuistis. "Tak ada penarikan senjata api bagi anggota Polwiltabes karena hanya satu masalah dari sekian ribu anggota Polri di Surabaya," tegasnya.

Walau demikian, Polwiltabes akan memperketat penggunaan senjata api bagi anggotanya yang ditengarai labil secara psikis dan ada masalah dengan keluarga terutama istri. Pengamat hukum dari Unair Surabaya, I Wayan Titip Sulaksana SH, menyatakan, selain tes psikologi untuk mengetahui kadar emosi polisi yang memegang pistol, otoritas kepolisian juga perlu melakukan tes fisik atas anggotanya yang memegang dan membawa pistol ke rumah.

"Polisi yang memegang pistol harus sehat secara psikis dan bugar secara fisik," katanya.

Langkah pengawasan berkelanjutan perlu dilakukan terkait penggunaan senjata api oleh anggota polisi. Caranya dengan melakukan tes psikologi dan fisik secara kontinyu setiap 6 bulan.

"Kalau teknik ini masih tak bisa berjalan efektif, ya senjata api itu lebih baik ditempatkan di kantor polisi. Saat pulang polisi cukup bawa kenthes dan sarung pistol," tambahnya. (G14-60)


___________________________________________________________________
Dituduh Selingkuh Polisi Tembak Istri

SURABAYA- Citra Kepolisian kembali tercoreng akibat ulah anggotanya. Briptu Deni Bagus Hariyono, anggota Satuan Narkoba Polresta Surabaya Utara, tega menembak istrinya sendiri, Vita Puspita.

Korban mengalami perdarahan hebat dan segera dilarikan ke RS Dr Soetomo Surabaya. Kejadian ini berlangsung di rumah kontrakan pasangan ini di Jalan Setera Kawasan Tambaksari Surabaya, Senin (30/4) malam. Penyebabnya diduga persoalan rumah tangga.

Peristiwa polisi main tembak sembarangan bukan kali pertama di Jatim tahun ini. Sebelumnya, Briptu Ipang Suparmono, anggota Polwiltabes Surabaya, menembak sendiri kepalanya. Korban tewas. Lalu Briptu Rifai, anggota Polres Bangkalan Madura, nekat menembak istri, mertua, teman dekat istrinya, dan satu korban lainnya. Setelah itu Briptu Rifai bunuh diri dengan menembak sendiri kepalanya. Kasus ini mencuat karena pelaku menuding istrinya berselingkuh yang juga jadi korban tewas dalam aksi koboi tersebut.

Dituduh Selingkuh

Bagaimana kejadian penembakan Briptu Deni Bagus kepada istrinya? Deni nekat menembak istrinya akibat dituduh berselingkuh. Kejadian Senin malam itu berlangsung cepat dan tak disangka-sangka korban maupun warga sekitar.

Vita yang ditembak hidungnya mengalami pendarahan hebat sehingga dirawat intensif di RS Dr Soetomo. Kejadian ini bermula dari kecurigaan Vita yang melihat SMS dengan nomor yang tak dikenalnya di Hp suaminya. Saat Vita menelepon ternyata nomor itu tidak aktif. Vita mulai curiga.

Briptu Deni dan Vita bertengkar akibat adanya SMS mencurigakan tersebut. Vita kesal dan menduga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Mungkin karena didesak terus oleh istrinya untuk mengakui apa yang dilakukannya, Briptu Deni jengkel dan marah. Ia kehilangan kesabarannya dan bertindak kalap dengan menembak istri yang telah memberinya seorang anak tersebut.

"Saya sejak tadi malam menunggui istrinya di rumah sakit, makanya tanya saja kepada petugas berwenang di Polresta Surabaya Utara," kata Kasat Narkoba Polresta Surabaya Utara, AKP I Made Wasa kepada wartawan.

I Made Wasa menyatakan kaget dan tak menyangka anak buahnya bertindak senekat itu. Sebab, sepengetahuannya Briptu Deni dikenal sebagai anggota yang santun dan kalem. Tugasnya sehari-hari juga baik dan tidak bermasalah.

Kasuistis

Setelah kejadian, Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar menyatakan tak akan menarik senjata api dari anggotanya. Sebab, kejadian tersebut bersifat kasuistis. "Tak ada penarikan senjata api bagi anggota Polwiltabes karena hanya satu masalah dari sekian ribu anggota Polri di Surabaya," tegasnya.

Walau demikian, Polwiltabes akan memperketat penggunaan senjata api bagi anggotanya yang ditengarai labil secara psikis dan ada masalah dengan keluarga terutama istri. Pengamat hukum dari Unair Surabaya, I Wayan Titip Sulaksana SH, menyatakan, selain tes psikologi untuk mengetahui kadar emosi polisi yang memegang pistol, otoritas kepolisian juga perlu melakukan tes fisik atas anggotanya yang memegang dan membawa pistol ke rumah.

"Polisi yang memegang pistol harus sehat secara psikis dan bugar secara fisik," katanya.

Langkah pengawasan berkelanjutan perlu dilakukan terkait penggunaan senjata aRabu, 02 Mei 2007 NASIONAL
Line
Dituduh Selingkuh Polisi Tembak Istri

SURABAYA- Citra Kepolisian kembali tercoreng akibat ulah anggotanya. Briptu Deni Bagus Hariyono, anggota Satuan Narkoba Polresta Surabaya Utara, tega menembak istrinya sendiri, Vita Puspita.

Korban mengalami perdarahan hebat dan segera dilarikan ke RS Dr Soetomo Surabaya. Kejadian ini berlangsung di rumah kontrakan pasangan ini di Jalan Setera Kawasan Tambaksari Surabaya, Senin (30/4) malam. Penyebabnya diduga persoalan rumah tangga.

Peristiwa polisi main tembak sembarangan bukan kali pertama di Jatim tahun ini. Sebelumnya, Briptu Ipang Suparmono, anggota Polwiltabes Surabaya, menembak sendiri kepalanya. Korban tewas. Lalu Briptu Rifai, anggota Polres Bangkalan Madura, nekat menembak istri, mertua, teman dekat istrinya, dan satu korban lainnya. Setelah itu Briptu Rifai bunuh diri dengan menembak sendiri kepalanya. Kasus ini mencuat karena pelaku menuding istrinya berselingkuh yang juga jadi korban tewas dalam aksi koboi tersebut.

Dituduh Selingkuh

Bagaimana kejadian penembakan Briptu Deni Bagus kepada istrinya? Deni nekat menembak istrinya akibat dituduh berselingkuh. Kejadian Senin malam itu berlangsung cepat dan tak disangka-sangka korban maupun warga sekitar.

Vita yang ditembak hidungnya mengalami pendarahan hebat sehingga dirawat intensif di RS Dr Soetomo. Kejadian ini bermula dari kecurigaan Vita yang melihat SMS dengan nomor yang tak dikenalnya di Hp suaminya. Saat Vita menelepon ternyata nomor itu tidak aktif. Vita mulai curiga.

Briptu Deni dan Vita bertengkar akibat adanya SMS mencurigakan tersebut. Vita kesal dan menduga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Mungkin karena didesak terus oleh istrinya untuk mengakui apa yang dilakukannya, Briptu Deni jengkel dan marah. Ia kehilangan kesabarannya dan bertindak kalap dengan menembak istri yang telah memberinya seorang anak tersebut.

"Saya sejak tadi malam menunggui istrinya di rumah sakit, makanya tanya saja kepada petugas berwenang di Polresta Surabaya Utara," kata Kasat Narkoba Polresta Surabaya Utara, AKP I Made Wasa kepada wartawan.

I Made Wasa menyatakan kaget dan tak menyangka anak buahnya bertindak senekat itu. Sebab, sepengetahuannya Briptu Deni dikenal sebagai anggota yang santun dan kalem. Tugasnya sehari-hari juga baik dan tidak bermasalah.

Kasuistis

Setelah kejadian, Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Anang Iskandar menyatakan tak akan menarik senjata api dari anggotanya. Sebab, kejadian tersebut bersifat kasuistis. "Tak ada penarikan senjata api bagi anggota Polwiltabes karena hanya satu masalah dari sekian ribu anggota Polri di Surabaya," tegasnya.

Walau demikian, Polwiltabes akan memperketat penggunaan senjata api bagi anggotanya yang ditengarai labil secara psikis dan ada masalah dengan keluarga terutama istri. Pengamat hukum dari Unair Surabaya, I Wayan Titip Sulaksana SH, menyatakan, selain tes psikologi untuk mengetahui kadar emosi polisi yang memegang pistol, otoritas kepolisian juga perlu melakukan tes fisik atas anggotanya yang memegang dan membawa pistol ke rumah.

"Polisi yang memegang pistol harus sehat secara psikis dan bugar secara fisik," katanya.

Langkah pengawasan berkelanjutan perlu dilakukan terkait penggunaan senjata api oleh anggota polisi. Caranya dengan melakukan tes psikologi dan fisik secara kontinyu setiap 6 bulan.

"Kalau teknik ini masih tak bisa berjalan efektif, ya senjata api itu lebih baik ditempatkan di kantor polisi. Saat pulang polisi cukup bawa kenthes dan sarung pistol," tambahnya. (G14-60)
pi oleh anggota polisi. Caranya dengan melakukan tes psikologi dan fisik secara kontinyu setiap 6 bulan.

"Kalau teknik ini masih tak bisa berjalan efektif, ya senjata api itu lebih baik ditempatkan di kantor polisi. Saat pulang polisi cukup bawa kenthes dan sarung pistol," tambahnya. (G14-60)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar