Rabu, 16 Juli 2008

Lagi, Polisi Tembak Polisi .Diduga Dilatari Cinta Sejenis

JAKARTA (Suara Karya): Aksi polisi menembak sesama polisi kembali terulang. Mantan Kasat Lantas Polres Merauke, Papua, AKP Ronny Pasaribu, menembak mati anggotanya, Briptu Nur Hidayat. Kejadian tersebut berlangsung di Kamar Nomor 16 Hotel Asmat, Merauke, Selasa, sekitar pukul 09.30 WIT.

Sesaat setelah menembak mati Nur Hidayat yang juga mantan sopirnya, Pasaribu kemudian bunuh diri dengan menembakkan pistol yang sama ke kepalanya sendiri.

Menurut Kapolda Papua Brigjen Pol Max D Aer, dari hasil pemeriksaan sementara ditemukan bekas tembakan pada jenazah Nur Hidayat maupun Pasaribu. Pada tubuh Nur Hidayat ditemukan empat peluru di kepala dan di bawah ketiak. Sedangkan di tubuh AKP Pasaribu ditemukan satu peluru di kening.

Sempat beredar kabar, penembakan ini dilatarbelakangi cemburu cinta sejenis keduanya. Pasaribu yang masih membujang merasa dikhianati cintanya karena Nur Hidayat akan segera menikah.

Namun sinyalemen itu ditepis Max Aer. Dia meminta masyarakat tidak mengambil kesimpulan tersendiri, karena motif penembakan itu masih diselidiki. Informasi di lapangan menyebutkan, beberapa karyawan Hotel Asmat sempat mendengar kegaduhan dari dalam kamar nomor 16 sebelum terjadi penembakan. Mereka tidak berani memeriksa karena mengetahui bahwa kedua tamu di kamar itu adalah polisi. Akhirnya mereka mendengar bunyi tembakan beberapa kali.

Juga beredar kabar, Pasaribu saat ini tidak lagi menjabat sebagai Kasatlantas. Karena sedang melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta, dia dibebastugaskan dari jabatannya.

Kabid Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Bambang Kuncoko membenarkan status AKP Pasaribu sebagai mahasiswa PTIK. Menurut dia, Pasaribu izin ke Papua untuk liburan.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Sutanto berjanji mengusut tuntas insiden penembakan ini. Sementara Wakapolri Komjen Pol Makbul Padmanagara mengungkapkan, pimpinan Polri sudah memerintahkan penyelidikan lebih lanjut atas insiden berdarah itu. Insiden tersebut, katanya, masih diteliti.

Makbul menambahkan, kasus penembakan antarpolisi mendorong kepolisian instrospeksi. "Kita sudah melakukan upaya pembinaan," katanya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto juga menyatakan, kasus penembakan di Papua ini menjadi ajang instropeksi internal Polri. Selain itu, kasus ini akan menjadi bahan analisis dan evaluasi.

Menurut Sisno, karena pelaku dan korban sama-sama tewas, kasus penembakan itu dinyatakan ditutup. Namun pihaknya tidak begitu saja menghentikan kasus tersebut, karena Polri ingin mengetahui motif di balik aksi penembakan itu.

Bagi dosen Ilmu Kepolisian pada Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Bambang Widodo Umar, insiden penembakan itu bisa terjadi karena masalah individu pelaku sendiri, atau bisa juga karena menyangkut iklim organisasi Polri yang tidak sehat.

Iklim organisasi yang tidak sehat itu meliputi kepemimpinan, pembinaan personel, pengawasan, maupun penindakan (punishment) lemah. "Bidang-bidang yang lemah tersebut, khususnya pembinaan personel, harus mendapat perhatian serius Kapolri. Juga harus dilakukan perombakan secara mendasar dalam pembinaan polisi sipil," katanya.

Kasus polisi menembak polisi ini bukan yang pertama. Medio Maret lalu, Wakapolwiltabes Semarang AKBP Liliek Purwanto (45) tewas diberondong tembakan anak buahnya, Briptu Hance, di ruang kerjanya. Hance sendiri akhirnya tewas di tangan anggota Resmob Polwiltabes Semarang setelah tidak mau menyerahkan diri dan justru melawan saat akan dilakukan penangkapan.

Dari 12 tembakan yang dimuntahkan senjata Hance, enam peluru di antaranya menembus tubuh komandannya. Diduga salah satu peluru menembus jantung pria kelahiran Semarang 17 Desember 1962 itu.

Di Surabaya, seorang anggota Reserse Narkoba (Reskoba) Kepolisian Resor Kota (Polresta) Surabaya Utara, Briptu Deni Bagus Haryono (23), menembak istrinya, Novita Puspita (Vita), Senin (30/4) malam.

Aksi penembakan yang mengakibatkan sebuah peluru menembus dari pipi kiri hingga pipi kanan Vita itu, dipicu cemburu buta adanya short message service (SMS) mesra di handphone (HP) milik Deni.

Kasus serupa juga terjadi di Bangkalan, Madura. Seorang anggota polisi menembak istri dan anggota keluarga lainnya sebelum bunuh diri. (Antara/Joko S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar