Rabu, 16 Juli 2008

Polisi Ngawur Main 'Dar Der Dor'

Cerita tentang polisi yang menyalahgunakan pistol tampaknya sudah bukan hal yang aneh lagi di negri yang serba semrawut ini. Berulang dan terus berulang. Yang paling gres, penembakan oleh Briptu Rifai Kamis (8/3) di Bangkalan Madura. Gara-gara cemburu, Rifai menembak mati istri, ibu mertua, dan dua lelaki. Setelah itu, dia men-shoot kepalanya sendiri sehingga ikut tewas.

Saya nggak habir pikir, kenapa orang stres semacam Briptu Rifai bisa-bisanya dipegangi pistol. Seharusnya korps kepolisian memperketat pemberian pistol dan melakukan evaluasi psikis secara rutin. Selama ini, sudah tidak terhitung berapa jumlah polisi yang main tembak karena masalah pribadi, entah dendam atua cemburu ataupun main tembak tahanan karena memang polisinya bad tempered.
Persoalan penggunaan pistol bukan hanya soal penyalahgunaan secara sengaja. Tapi juga menyangkut soal kemampuan teknis. Selama ini, sering juga diberitakan penembakan nyasar yang mengakibatkan jatuh korban tak berdosa. Tampaknya, meski sudah pegang senjata, banyak polisi yang memang tidak lihai. Atau memang karena jarang latihan sehingga sudah tidak bisa menembak jitu lagi. Giliran gatel nembak, pelurunya nyasar kemana-mana.

Sampai saat ini, kita tidak pernah tahu berapa banyak polisi yang memegang senjata dan bisa nenteng kemana mana. Dan berapa banyak dari jumlah itu yang stres atau tidak jitu nembak. Bisa-bisa, mereka ada disekitar kita.

Sebenarnya bagaimana system evaluasi kepolisian? Apakah petinggi-petinggi penentu kebijakan diatas itu tidak cukup melihat dan mendengar realita di lapangan? Kok ya dari dulu nggak terlihat ada perbaikan signifikan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar