Rabu, 16 Juli 2008

Korupsi KBRI dan alasan gaji kecil PNS

Di milis ini, dulu rekan-rekan IIT roorkee pernah protes keras pada posting saya soal mental kuli dan hobby korupsi yg dilakukan pns.

salah satu isi protes adalah bahwa PNS itu bergaji kecil, kebutuhan keluarga besar. sementara itu peluang (untuk korupsi) di depan mata. jadi, mana tahan melawan godaan enak spt itu? jadi, tulis yg protes, harap maklumlah dg kondisi kami2 ini…

well, akhir2 ini korupsi di lingkungan kbri di seluruh dunia mulai terekspose. mulai dari kbri jepang, kemudian di stockholm (salah satu member milis nasional ppiindia yg terlibat, konon, sudah dipanggil pulang). dan kabar terbaru adalah korupsi di kbri kuala lumpur dan kjri penang, malaysia.kalo diplomat/dubes yg bergaji ribuan dollar juga masih berkorupsi, jadi apa makna di balik ini semua? apakah mereka bergaji kecil? apakah mereka lagi kepepet banget ama duit itu sehingga harus korupsi?

sekedar mengingatkan bagi rekan roorkee yg protes dulu (maaf, saya lupa namanya), bahwa KORUPSI adalah persoalan mental tamak and nir-komitmen. bukan soal lagi kepepet butuh duit untuk beli susu dancow anak2. dlsb. contoh kkn yg sering terjadi di kbri2 kita di
seluruh dunia adalah bukti yg tak terbantahkan.

FYI, tidak semua pejabat/diplomat/birokrat korupsi. dan buat mereka yg “bersih” tidak perlu tersinggung. pada waktu yg sama, saya haturkan rasa hormat yg setinggi2nya dan penuh ketulusan pada Anda yg stand like a rock menghadapi godaan kkn.

Tanggapan dari Ibu Niniek Koen Naryati, Diplomat KBRI New Delhi Kepala Bagian Ekonomi:

Dear temans ppi

Sudah lama saya tidak aktif membaca milis ini. Hari ini tiba tiba saya tergelitik dengan tulisan sdr gagho, terlebih tadi pagi saya baca newstext metro tv kalau indonesia tempati rating teratas dalam urusan korupsi. Barangkali eksistensi korupsi sudah sama tuanya dengan prostitusi. Bahkan mungkin juga sama susahnya untuk
diberantas. Betapapun deretan aturan dibuat, ancaman hukuman ditebarkan, penjara atau lokalisasi dibuat masih saja kita duduk di peringkat unggulan. korupsi dan prostitusi(eufimisme nya = selingkuh) masih akan merajalela kalau ‘kualitas mental manusia’ itu sendiri masih parah. Memang peraturan hukum, hukuman, penjara dan
lokalisasi tetap perlu dan harus, termasuk inspeksi dan koreksi.

Cuma saran saya marilah kita melakukan tindakan konkrit yang berada dibawah kendali kita sendiri. Misalnya kenali sejak dini, sejak temans semua masih menjadi calon pejabat dan intelektual, apa saja tanda tanda tindakan korupsi itu. Seperti penyakit, kalau simptomnya dikenali dan stadiumnya masih awal, akan lebih mudah mengobatinya.

Yakh paling tidak kita bisa mengobati diri kita sendiri, belum perlu dokter. Jadi saya setuju dgn sdr Gagho, korupsi bukan sekedar kesempatan terbuka lebar atau karena gaji kecil atau gabungan keduanya tapi ini sebuah penyakit hati yang sudah stadium lanjut. Dan karena menyangkut hati manusia, maka dia bisa berada dimana saja, di kbri, di ppi, dimana saja…

Tak perlu tersinggung memang, kita cuma perlu MALU.

Tanggapan balik MG

Bu Niek Yth,

terima kasih atas respons-nya yg sangat connected dg apa yg saya posting dan karena itu, your response highly worth responding…

Respons saya kali ini tidak begitu beda dg respons saya sebelumnya pada Pak Suhadi beb. bulan lalu bahwa penyakit mental kuli KKN tentu merupakan penyakit manusia, khususnya dari negara ketiga (developing or underdeveloped countries) spt indonesia.

kebiasaan KKN yg dilakukan pejabat yg sedang berkuasa tentunya memiliki akar pada saat mudanya; yakni saat jadi mahasiswa; saat jadi pengurus organisasi kecil;
dalam konteks india, saat jadi pengurus ppi india, umpamanya. let’s face it, we should not and must not shy away from mentioning this kinda stuff.

akar dari penyakit mental ini tentunya banyak: dari background, watak pribadi yg tak pernah diasah dan direformasi, kebiasaan menutup diri (secara institusional/organisasional; bukan pribadi), dll.

saya ingin melihat akarnya dari satu hal: kurangnya komitmen pada visi besar yg disebut “kepentingan umum”. tanpa mereformasi mindset berpikir kita dari visi kepentingan pribadi (yg merupakan visi instingtif umumnya manusia) menuju visi kepentingan umum, maka semua hal yg dilakukan tentunya akan berdasar pada
pola pikir pribadi seperti:

“biarin aja negara hancur, yg penting gua bisa beli rumah baru.”
“percuma juga gua bersih sendirian, kalo yg lain pada kkn.”
“orang lain sebenarnya lebih perlu (buat makan), tapi gua juga perlu (buat nabung).”
“biarlah sekali2 kkn, ntar tobat kalo dah tua.”
“kesempatan kkn cuma sekarang, buruan deh sebelum ketangkep.” dst. dst.

Mungkin teman2 lain ada ide, bagaimana cara menanamkan pola pikir “demi kepentingan umum” yg dapat mengalahkan “kepentingan pribadi” ini.

Penyakit korupsi akan selalu ada ketika berkuasa (power tends to corrupt), sebagaimana halnya pelacuran. Namun,

(1) mengapa negara lain dapat meminimalisirnya, sementara kita tidak?
(2) mengapa negara maju relatif lebih kecil angka korupsinya dibanding negara miskin spt kita?
(3) mengapa pejabat di negara maju (yg kaya) bisa hidup lebih sederhana dari kita2 yg di negara miskin?

pertanyaan2 yg jawabnya saya kira salah satunya adalah poin saya di atas: krn mereka (pejabat di negara maju) lebih mengedepankan kepentingan umum drpda kepentingan
pribadi. di samping ada etos “bangga tidak korupsi” dan “bangga hidup sederhana“, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar