Jumat, 27 Juni 2008

Buru Menantu, Mertua dan Adik Ipar Ditembak

MENUNTUT KEADILAN: Anak-anak Tarip didampingi Farichin menuntut kasus penembakan oleh aparat polisi diusut secara tuntas. (Foto: Suara Merdeka/ar-64t)
















BATANG-Dua warga Batang, yaitu Tarip (45) dan anaknya, Ediman (19), penduduk Sidomulyo, Klidangwetan, kemarin menjadi korban salah tembak yang dilakukan aparat Polres Pekalongan.

Peristiwa itu bermula saat Minggu malam pihak Polres Pekalongan melakukan koordinasi dengan jajaran Polres Batang untuk menangkap warga Klidangwetan, Sudiyono, menantu Tarip. Kapolres Batang AKBP Drs Edy S Setjo kemudian memerintahkan Kapolsek Batang Ipda Mashudi SH untuk mendampingi petugas dari Polres Pekalongan.

Sekitar pukul 23.00 aparat Polres Pekalongan dan Batang berhasil menangkap Gepeng dan Kucing, yang selanjutnya dibawa ke Polsek Pekalongan Utara. Keduanya ditangkap, karena dituduh sebagai pelaku penganiayaan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP). Dari pengakuan keduanya, muncullah nama Sudiyono.

Sekitar pukul 01.30, polisi dengan mobil Kijang berhenti di depan rumah Tarip. Setelah mesin mobil dimatikan, tiga penumpang dengan rambut gondrong turun dan langsung mengetuk pintu.

Mendengar suara ketukan itu, Tarip bangun dan membukakan pintu, dikira menantunya, Sudiyono, yang datang. Karena tamu yang mengetuk pintu itu tak dikenalnya, maka, Tarip langsung menutup pintu dan keluar lewat pintu belakang.

"Mas Tarip menutup pintu, karena mengira yang datang perampok. Karena rambutnya gondrong semua. Dia keluar rumah ingin memberi tahu tetangganya bahwa rumahnya didatangi perampok," ujar Farichin, adik Tarip.

Ditinggalkan

Tapi baru beberapa langkah terdengar satu kali suara tembakan. Ediman yang mendengar suara itu, segera membangunkan ibunya, Ny Zaenah.

"Selanjutnya terdengar tembakan lagi. Namun justru yang terjadi, Ediman diseret mendekat mobil. Tapi begitu kepala dimasukkan, dari dalam mobil terdengar suara. Dudu kuwi wonge, Pak (Bukan itu orangnya, Pak)," ujar Margo, tetangga korban.

Setelah itu, Ediman ditinggalkan di tepi jalan dengan darah yang mengucur.

Sementara itu, Tarip juga ditemukan dengan kondisi dada kanan berdarah karena bekas luka tembak. Selanjutnya oleh keluarga dengan dibantu tetangga, korban segera dilarikan ke RSUD Kalisari. Namun petugas menyarankan untuk langsung dibawa ke RS DR Kariadi Semarang.

"Kami tidak rela dan meminta aparat Polres Pekalongan yang telah melakukan penembakan diperiksa dan diusut tuntas. Adik dan keponakan kami korban pelanggaran HAM," ujar Kastoli.

Dia menyesalkan, mengapa saat itu aparat langsung melakukan penembakan. Dari keterangan saksi-saksi, diperoleh keterangan bahwa malam itu hanya terdengar dua kali letusan.

"Satu letusan pertama mengenai Tarip dan kedua mengenai Ediman. Yang lebih kami sesalkan, justru kekejaman yang dilakukan aparat. Apalagi begitu yang ditembak ternyata salah, malah ditinggal begitu saja di jalan dengan darah yang masih mengalir. Justru kami dibantu tetangga yang membawa korban ke rumah sakit," ujar Farichin

Sore kemarin, rumah korban terus didatangi tetangga dan famili. Tampak Muspika Batang, yaitu Camat Drs Andi Santoso, Danramil Kapten Inf Sudaryono, dan Kapolsek Ipda Mashudi SH didampingi Kades Harniti serta perangkat desa lain. Kedatangannya untuk menjembatani dan memberikan penjelasan.

Kedatangan Muspika itu mampu meredam emosi warga. Lebih-lebih setelah mendapat penjelasan, pelaku penembakan lima aparat Polres Pekalongan sore kemarin sudah diperiksa Provost dan dimasukkan sel.

Ny Zaenah didampingi anak sulung Rohmat terus mendampingi suami dan anaknya di Semarang.(ar-64t)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar